Rabu, 10 Oktober 2018

Problem Solving


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Salah satu kegiatan pendidikan adalah menyelenggarakan proses belajar mengajar. Winkel (dalam Darsono dkk, 2000) mengungkapkan pengertian belajar sebagai suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Belajar dapat membawa perubahan dan perubahan itu pada pokoknya adalah diperoleh kecakapan baru melalui suatu usaha. Para pendidik hendaknya memposisikan peserta didik sebagai insan yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran perlu adanya suasana yang terbuka, akrab dan saling menghargai. Sebaliknya perlu menghindari suasana belajar yang kaku, penuh dengan ketegangan dan sarat dengan perintah dan instruksi yang membuat peserta didik menjadi pasif, tidak bergairah, cepat bosan dan mengalami kebosanan (Dasim Budimansyah,2002). Hal tersebut bisa tercapai apabila sang pendidik memakai jalan pembelajaran dengan pendekatan problem solving.





B.     Rumusan masalah
1.      Apakah pengertian pembelajaran dengan problem solving?
2.      Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran problem solving?
3.      apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran  problem solving?

C.     Tujuan pembahasan Masalah
1.      Dapat mengetahui pengertian pembelajaran dengan problem solving
2.      Untuk memahami langkah-langkah pembelajaran problem solving
3.      Dapat  Mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran problem solving











BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Problem Solving
Metode pemecahan masalah merupakan suatu metode pengajaran yang mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan persoalan - persoalan. Adakalanya manusia memecahkan masalah secara instinktif
( naluriah ) maupun dengan kebiasaan, yang mana pemecahan tersebut biasanya dilakukan oleh binatang.
Pemecahan secara instinktif merupakan bentuk tingkah laku yang tidak dipelajari, seringkali berfaedah dalam situasi yang luarbiasa. Misalnya seseorang yang dalam keadaan terjepit karena bahaya yang datangnya tak disangka, maka secara spontan mungkin ia melompati pagar atau selokan dan berhasil, yang seandainya dalam keadaan biasa hal itu tak mungkin dilakukan.
Dalam situasi yang problematis, baik manusia maupun binatang, dapat menggunakan cara "coba - coba, salah", mencoba lagi ( trial and error ) untuk memecahkan masalahnya. Akan tetapi taraf problem solving pada manusia lebih tinggi karena manusia sanggup memecahkan masalah dengan rasio ( akal ), disamping memiliki bahasa. Oleh karena itu manusia dapat memperluas pemecahan masalahnya di luar situasi konkret.
Metode pemecahan (Problem Solving) masalah menurut Sudirman, dkk. (1991 : 146) adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.

Metode pemecahan masalah (Problem Solving) ini sering dinamakan atau disebut juga dengan eksperimen  method, reflective thinking method, atau scientific method (Sudirman, dkk., 1991 : 146).
Menurut Hamalik, Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat.

B.     Kekurangan dari metode problem solving
1.    Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan Pembelajaran         ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk
melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2.    Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan           
     metode pembelajaran yang lain
3.    Pengembangan program membutuhkan biaya tinggi dan waktu yang
     lama.
4.    Pengadaan dan pemeliharaan alat mahal.
5.    Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah.
6.    Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang.
7.    Tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif.








C.    Kelebihan dari metode problem solving
1.    Dengan Metode Pemecahan Masalah atau Metode Problem
Solving akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.
2.    Dalam situasi Metode Pemecahan Masalah atau Metode Problem
Solving, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
3.    Metode Pemecahan Masalah atau Metode Problem Solving dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
4.    Dapat membuat peserta didik menjadi lebih menghayati kehidupan
     sehari-hari.
5.    Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi
     dan memecahkan masalah secara terampil.
6.    Dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara
     kreatif.
7.    Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.





D.    Langkah-langkah menggunakan metode problem solving
1.    Memahami masalah
Masalah yang dihadapi harus dirumuskan, dibatasi dengan teliti. Bila tidak, usahanya akan sia - sia.
2.    Mengumpulkan data
Kalau masalah sudah jelas, dapat dikumpulkan data / informasi / keterangan - keterangan yang diperlukan.
3.    Merumuskan hipotesis
Jawaban sementara, yang mungkin memberi penyelesaian dan keterangan keterangan yang diperoleh, mungkin timbul suatu kemungkinan yang memberi harapan yang akan membawa pada pemecahan masalah.
4.    Menilai hipotesis
Dengan jalan berpikir dapat diperkirakan akibat - akibat suatu hipotesis. Kalau ternyata bahwa hipotesis ini tidak akan memberi basil baik, maka dimulai lagi dengan langkah kedua.
5.      Mengadakan eksperimen / menguji hipotesis
Bila suatu hipotesis memberi harapan baik, maka diuji melalui eksperimen. Kalau berhasil, berarti masalah ini dipecahkan. Tetapi kalau tidak berhasil, harus kembali lagi dari langkah - langkah kedua atau ketiga.
6.    Menyimpulkan
Laporan tentang keseluruhan prosedur pernecahan masalah yang diakhiri dengan kesimpulan. Di sini kernungkinan dapat dicetuskan suatu prinsip atau hukum. Kesanggupan memecahkan masalah harus diajarkan kepada para siswa, sebab pemecahan masalah secara ilmiah ( scientific method ) berguna bagi mereka untuk memecahkan masalah yang sulit. Metode ini selain dapat digunakan untuk mernecahkan masalah dalam berbagai bidang studi, juga dapat digunakan untuk pemecahan yang berkaitan dengan kebutuhan siswa dalam kehidupan sehari - hari.

E.      Model-model penyelesaian masalah
Proses penyelesaian masalah dapat dilakukan dalam beberapa model.
a.     Penyelesaian masalah menurut J. Dewey
Penyelesaian masalah menurut model ini dilakukan dalam enam tahap, yaitu :
1.      Merumuskan masalah.
Mampu mengetahui dan merumuskan masalah dengan jelas.
2.      Menelaah masalah.
Mampu menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari berbagai sudut.
3.      Merumuskan hipotesis.
Mampu berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab-akibat, dan alternative penyelesaian.
4.      Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis. Diperlukan kecakapan mencari dan menyusun data seraya menyajikannya dalam bentuk diagram, gambar dan table.
5.       Pembuktian hipotesis.
Diperlukan kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung-hubungkan serta menghitung, ketrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.
6.      Menentukan pilihan.
Diperlukan kecakapan membuat alternatif penyelesaian serta menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.

7.      Penyelesaian masalah menurut Lawner Senesh.
Sanesh adalah seorang guru besar ekonomi, ia menggunakan tiga tahap dalam proses penyelesaian masalah ekonomi, yaitu:  
a.     Tahap motivasi
b.     Tahap pengembangan, dan
c.     Tahap komulasi.
Problem solving berbeda dalam tahap yang ke dua yaitu tahap pengembangan dengan langkah-langkah penyelesaian sebgai berikut:
1.          Menemukan gejala-gejala problematik (symptus of the
problem)
2.          Mempelajari aspek-aspek permasalahan (aspects of the
problem)
3.          Mendefinisikan masalah (definition of the problem)
4.          Menentukan ruang lingkup permasalahan (scope of the
problem)
5.          Menganalisi sebab-sebab masalah (causes of the problem)
6.          Menyelesaikan masalah (solution of the problem)

8.      Penyelesaian masalah menurut david johnson dan johnson.
Penyelesaian masalah menurut johnson dan david ini dilakukan melalui kelompok. Suatu masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam pelajaran diberikan kepada siswa untuk diselesaikan. Masalah yang dipilih mempunyai sifat kontroversional, misalnya dianggap penting (importain), urgen dan dapat diselesaikan (solutionable). Prosedur penyelesaian adalah sebagai berikut:


1.     Mendefinisikan masalah
Penemuan masalah ini di dalam kelas dilakukan sebagai berikut:
a.         kemukakan kepada siswa peristiwa yang bermasalah,
baik secara tertulis maupun secara lisan. Mintaah kepada siswa untuk merumuskannya dalam suatu kalimat sederhana (brain stroming). Kemudia, terimalah setiap pendapat mereka tanpa persoalan tepat atau tidaknya, benar atau salah pendapat tersebut.
b.        Setiap pendapat ditinjau kembali dengan meminta
penjelasan dari siswa yang berssangkutan , dipilih rumusan yang tepat, atau dirumuskan kembali perumusan-perumusan yang kurang tepat. Akhirnya , kelas memilih suatu perumusan yang paling tepat yang dapat dipakai oleh semua.
2.     Mendiagnosi masalah
Setelah berhasil merumuskan masalah, langkah berikut ialah membentuk kelompok kecil. Kelompok ini mendiskusikan sebab-sebab timbulnya masalah. Menurut johnson dan david, suatu masalah muncul karena dua faktor, yaitu:
a.         Faktor-faktor yang mendorong ke arah tercapainya
tujuan.
b.        Faktor-faktor yang menghemat terhambatnya tujuan.





Munculnya masalah disebabkan kedua faktor itu berada dalam keadaan  seimbang. Analisis terhadap kedua faktor tersebut disebut analisis kekuatan lapangan (AKL). AKL ini dapat dilakukan dengan prosesdur sebagai berikut:
a.         Mengadakan brain stroming agar setiap anggota
kelompok mendenfikasikan kedua macam faktor itu, faktor pendukung dalam faktor penghemat.
b.        Penyusun faktor-faktor itu secara berurutan menuruk kuatnya pengaruh peristiwa yang aktual.
c.         Suatu masalah akan dapat teratasi jika faktor penghemat didalamnya
dikurangi dan faktor pendukungnya ditingkatkan. Usaha untuk mengubah kedua faktor tersebut akan lebih mudah jika ada fasilitas yang tersedia.
d.        Dicari upaya untuk mengubah kekuatan pada faktor-faktor pendukung.
e.         Memilih beberapa kemungkinan tindakan dari 3 dan 4 yang dianggap
paling memberi harapan. Kemudian disusun kembali langkah-langkah yang sudah diplih.
f.         Mempelajari kembali langkah-langkah kegiatan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing langkah itu dapat dipakai dalam penyelesaian masalah.
g.        Merencanakan cara mengevaluasi keekfetifan program penerpanaya dan kemungkinan yang dapat dilakukan dalam prosedur evaluasi.



3.     Merumuskan alternati strategi
Pada tahanp ini, kelompok mencari dan menemukan berbagai alternatif tentang cara menyelesaikan maslah. Menurut teori ini, perubahan-perubahan pada situasi yang aktual dapat terjadi jika kekuatan-kekuatan yang mendukung ataupun menghambat mengalami perubahan, sehingga tingkat keseimbagannya berubah, ada tiga cara untuk mengubah titik keseimbangan itu, yaitu;
a.         Menambah kekuatan pada faktor pendukung.
b.        Mengutangi kekuatan pada faktor penghambat.
c.         Mengubah faktor penghambat menjadi faktor pendukung.
4.     Menentukan dan menetapkan strategi
Setelah berbagai alternatif ditemukan oleh kelompok, maka dipilih alternatif mana ang akan dipakai. Penyelesaian masalah ini terdiri dua aspek, yaitu :
a.         Pengambilan keputusan (decision making), yaitu suatu
proses untuk menentukan suatu plihan dari berbagai alternatif yang ada.
b.        Penerapan keputusan (desicion implementasion), yaitu proses untuk menentukan tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan keputusan.






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Metode pemecahan masalah merupakan suatu metode pengajaran yang mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan persoalan - persoalan.
Metode pemecahan (Problem Solving) masalah menurut Sudirman, dkk. (1991 : 146) adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.
Kekurangan dari metode problem solving
Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan Pembelajaran         ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan           metode pembelajaran yang lain.
Kelebihan dari metode problem solving
        Dengan Metode Pemecahan Masalah atau Metode Problem
Solving akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.
Langkah-langkah menggunakan metode problem solving
1.      Memahami masalah
2.      Mengumpulkan data
3.      Merumuskan hipotesis
4.      Menilai hipotesis
5.      Mengadakan eksperimen / menguji hipotesis dan menyimpulkan
B.     Saran
Penulis menyarankan agar pembaca lebih mencermati lagi materi-materi pada makalah ini dan membaca buku-buku panduan tentang problem solving  yang lebih lengkap.






























DAFTAR PUSTAKA
 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Efektif dan Efisien, Jakarta, Bumi Aksara, 2008.
Harun Nasution, Teknologi pendidikan, , Jakarta, Bumi Aksara,2010.
Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta, Pustekkom-Diknas, 2007.
R. Ibrahim & Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta, 1996.
Purwanto, et.al.. Jejak Langkah Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia. Pustekkom Diknas, Jakarta, 2005.
Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, Surabaya, Penerbit Insan Cendikia, 2002.














Arends, Richard I. (2008) . Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. (Edisi Ketujuh/ Buku Dua). Terjemahan Helly Pajitno Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
 
Dhajiri, Ahmad Kosasih. (1985). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral-VCT dan Games dalam VTC. Bandung : Jurusa PMPKn IKIP
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Grasindo
Sardiman. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grafindo.
Sudirman,dkk.(1987.)Ilmu Pendidikan. Bandung: Remadja Karya
Syaiful Bahri Djamara dan Drs Aswan Zain . (2006) Strategi Belajar Mengajar,  Jakarta : Rineka Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH BENDA-BENDA LANGIT

BENDA-BENDA LANGIT   DisusunOleh Kelompok   :    1. Heridiktus Olang 2. Maria Yanti 3...